Beton adalah bahan yang diperoleh
dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen, dan air (PBBI 1971 N.I.– 2). Sebelum
mengering, beton semula berwujud semacam bubur kental sehingga mudah dilakukan
pengangkutan ke dalam cetakan. Seiring dengan penambahan umur, beton
akan semakin mengeras dan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton ini sangat dipengaruhi oleh faktor air
semen dan suhu selama perawatan.
Konsep bangunan hijau (green building) yang ramah lingkungan saat ini sedang
gencar-gencarnya berkembang di dunia konstruksi. Salah satu bagian penting dalam konsep bangunan hijau adalah penggunaan
material-material konstruksi yang ramah lingkungan. Material konstruksi yang diambil,
diproduksi, digunakan dan dirawat dengan seminimal mungkin juga dapat berkontribusi
pada kerusakan lingkungan.
Seperti halnya dengan material beton
yang banyak digunakan pada hampir semua bangunan yang pasti sangat berpengaruh
besar pada kondisi lingkungan.
Oleh karena itu, saat ini perlu
dipikirkan penggunaan material penyusun beton yang dibuat dengan konsep ramah
lingkungan dan diupayakan material lain yang mempunyai karakteristik dan kekuatan
yang menyamai material beton tapi juga ramah lingkungan.
Menurut The
Institution of Structural Engineers (ISE 1999) pembuatan material
penyusun beton yang ramah lingkungan ini dapat dilakukan dengan mewujudkan
empat usaha kelangsungan dan konservasi lingkungan, yaitu : (1) Pengurangan
emisi gas rumah kaca (terbesar adalah CO2), (2) efisiensi energi dan
material dasar, (3) penggunaan material buangan, dan (4) pengurangan efek
yang mengganggu kesehatan atau keselamatan pada pengguna konstruksi, baik yang
timbul selama proses konstruksi maupun yang timbul selama operasi bangunan,
dengan menggunakan Konsep 4R (Reduce, Refurbish, Reuse and Recycle).
Iswandi Imran menyatakan bahwa material beton yang bahan bakunya memenuhi
karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai material beton yang ramah
lingkungan ataupun yang lebih ramah lingkungan. (sumber : http://sipil.ft.uns.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=210&Itemid=1)
SEMEN
Semen merupakan hasil dari perpaduan batu kapur atau gamping, kalsium, silikon, besi, alumunium, dan bahan-bahan kecil lainnya. Batu kapur atau gamping dijadikan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan semen. Selain bahan-bahan di atas, tanah liat atau lempung dapat dijadikan bahan pendukung lainnya dalam pembuatan beton. Hasil akhir perpaduan bahan-bahan di atas, telah diketahui akan menghasilkan bubuk (bulk). Bahan-bahan baku yang telah menjadi bubuk (bulk) dibakar sampai meleleh pada suhu 1.482oC, kemudian hasilnya melalui proses penghancuran dan penambahan gips (gypsum) dikemas dalam kantong.
Agregat
Agregat adalah butiran
mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton.
Komposisi agregat 70% - 75% dari volume beton (Tri Mulyono, 2004 : 65). Walaupun hanya sebagai bahan pengisi,
tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton itu sendiri terutama yang berhubungan dengan kekuatan
beton. Agregat yang digunakan pada campuran beton ada dua, yaitu :
A. Pasir (Agregat Halus)
Agregat halus diameternya tidak lebih dari 5 mm. agregat halus dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Agregat halus yang baik adalah yang terbebas dari beberapa bahan organik, lempung dan bahan-bahan lain yang merusak beton. Dari bentuk fisiknya, agergat halus mempunyai butiran yang tajam, keras dan butirannya tidak mudah pecah karena cuaca. Pengambilan sumber agregat halus dapat ditemukan pada sungai, galian dan laut. Untuk beton, agregat dari laut tidak diperbolehkan kecuali ada penanganan khusus.
Agregat halus diameternya tidak lebih dari 5 mm. agregat halus dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Agregat halus yang baik adalah yang terbebas dari beberapa bahan organik, lempung dan bahan-bahan lain yang merusak beton. Dari bentuk fisiknya, agergat halus mempunyai butiran yang tajam, keras dan butirannya tidak mudah pecah karena cuaca. Pengambilan sumber agregat halus dapat ditemukan pada sungai, galian dan laut. Untuk beton, agregat dari laut tidak diperbolehkan kecuali ada penanganan khusus.
Pasir adalah material yang
sebagian besar terdiri dari material quartz
dan feldspar, pasir diperoleh dari
dalam tanah, pada dasar sungai atau tepi laut. Pasir digunakan sebagai agregat
halus dalam bahan campuran beton. Berdasarkan campuran beton yang menggunakan
standar British Concrete Institute, agregat
ini diperoleh dari hasil percobaan pada agregat yang lolos saringan No. 4 dan tertahan
saringan No. 50. (sumber : Petunjuk Praktikum Teknologi Beton, 2012)
Agregat yang berupa pasir sebagai
hasil disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan kandungan lumpur tidak boleh lebih
dari 5% (PBBI 1971, N.I.– 2).
B. Kerikil (Agregat Kasar)
Agregat Kasar mempunyai diameter lebih besar dari 5 mm. sifat agregat kasar mempunyai pengaruh terhadap kekuatan beton sehingga harus mempunyai bentuk yang baik, bersih, kuat, dan bergradasi baik. Agregat kasar dapat diperoleh dari batu pecah dan kerikil alami.
AIR
Kualitas air sangat memengaruhi kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya dengan bahan-bahan yang terkandung dalam air tersebut. Air yang digunakan seharusnya tidak membuat rongga pada beton, tidak membuat retak pada beton dan tidak membuat korosi pada tulangan yang mengakibatkan beton menjadi rapuh. Pada pengecoran, keenceran beton mengakibatkan mutu beton akan turun sangat jauh, walaupun permukaan yang dihasilkan tidak berongga pada awalnya. Hal ini disebabkan faktor air semen yang tinggi pada kandungan beton, sehingga akan timbul banyak rongga pada beton setelah airnya mengering.
Pada proses
pencampuran beton, penggunaan air dari sumber yang sudah diketahui pasti baik
mutunya tidak perlu dilakukan pengujian mutu air sebelumnya. Syarat umum air
yang langsung dapat digunakan yaitu bersih, dapat diminum, bebas dari bahan
perusak (oli, asam, alkali, garam, dan bahan organik) dan tidak mengandung ion
klorida dalam jumlah yang membahayakan. Air yang dipakai mempunyai kisaran kadar pH sekitar 4,5
- 8,5 jika tidak memenuhi syarat, air
perlu diuji mutunya terlebih dahulu. (sumber : Petunjuk Praktikum Teknologi Beton, 2012)
Mutu
Beton
Mutu Beton menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan.
Mutu Beton fc'
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan
minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder
beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang
merujuk pada ACI (American Concrete Institute). 1 MPa = 10 kg/cm2.
Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan
karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk
pada standar eropa lama. kekuatan tekan karakteristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Yang diartikan dengan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 (+0,06) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan fc’ adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Penentuan nilai fc’ boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan konversi berikut ini. Fc’=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat tekan beton (dalam MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83.
Sedangkan fc’ adalah kuat tekan beton yang disyaratkan (dalam Mpa), didapat berdasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Penentuan nilai fc’ boleh juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm. Dalam hal ini fc’ didapat dari perhitungan konversi berikut ini. Fc’=(0,76+0,2 log fck/15) fck, dimana fck adalah kuat tekan beton (dalam MPa), didapat dari benda uji kubus bersisi 150 mm. Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil berkisar 0,83.
MASALAH PADA BETON
Susut
Susut
Susut adalah
perubahan volume yang terjadi ketika air masuk dan keluar gel semen, atau
ketika air mengubah keadaan fisik atau
kimianya di dalam pasta. Hampir semua
bahan akan menyusut sedikit, bila dikeringkan dan akan mengembang bila
dibasahi. Penyusutan merupakan salah satu penyebab retak dari pada bangunan,
karena bahan bangunan pada umumnya basah pada waktu didirikan dan mongering
kemudian. Susut juga terjadi pada semua bahan yang memakai semen sebagai bahan
pengikat. Susut dipengaruhi oleh kadar agregat, kadar air, kadar semen, dan
bahan kimia pembantu, kondisi perawatan dan penyimpangan, pengaruh ukuran.
Susut
dipengaruhi oleh kecepatan angin, kelengasan relative, dan temperature udara.
Pada kecepatan angin nol menampakakkan tidak ada retak, sebaliknya contoh pada
30 0C dan angin 5 m/dt, kadar air lengas relative 40% menampakkan
retak. Susut terjadi setelah 2 minggu sebesar 14 – 34% dari susut 20 tahun,
setelah 3 bulan 40 – 80% dari susut 20 tahun, setelah 2 tahun 66 – 85% dari
susut 20 tahun (Paul Nugraha, Antoni,
2007 : 2000).
Susut
dapat dikurangi dengan mengurangi jumlah air dalam campuran beton seminimal
mungkin, merawat beton dengan baik, menuangkan beton sedikit demi sedikit untuk
memberikan kesempatan sebelum terjadinya susut pada bagian berikutnya, dan
menggunakan agregat dengan kerapatan yang tepat dan tidak berpori.
Rangkak
Rangkak
adalah perubahan bentuk dibawah beban tetap. Pemberian beban pada beton akan
menyebabkan deformasi elastis. Besarnya deformasi tergantung faktor tegangan
kekuatan pada waktu pembebanan, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
proporsi campuran, ukuran specimen dan kondisi iklim. Keuntungan rangkak seperti
bila getas maka akan tidak berguna dan sukar dikerjakan, cenderung untuk
meredakan tegangan sebelum terjadi lebih besar dan menyebabkan retak. Kerugian
dari rangkak yaitu deformasi yang besar dan tertekuknya kolom beton.
Retak
Bila beton baru
mengering dengan cepat maka permukaannya akan mengalami tegangan tarik yang
lebih tinggi dari kekuatan
tariknya, sehingga akan menyebabkan retak. Retak juga mungkin terjadi bila
terdapat perbedaan temperature yang tinggi (sampai 20 0C) antara
bagian dalam dan bagian luar beton. Penyebab utama dari retak adalah
factor air semen, karbonasi, dan perawatan. Semakin banyak air, semakin besar
susut pengeringannya begitu juga kadar semen yang tinggi akan mengakibatkan
susut kimianya. Volume dari produk hidrasi adalah lebih kecil 25% dari semula,
hal ini menambah porositas dari pasta. Pencegahan terhadap retak yaitu kadar
air yang dipakai harus serendah mungkin, kandungan agregat setinggi mungkin,
dengan diameter maksimum, pakai agregat yang bersih terutama bersih dari tanah
liat, menuang beton secara seragam, buat beton sedingin mungkin, pengawasan
yang berkompeten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar