Selasa, 29 September 2015

Geosintetik

    
      The American Society for Testing and Materials ( ASTM )  mendefinisikan geosintetik dalam terminologi D4439 sebagai Produk planar yang dibuat dari bahan polimer yang digunakan pada tanah, batuan, atau materi geoteknik lainnya sebagai pelengkap dalam sebuah proyek, struktur maupun sistem buatan. Geosintetik terbuat dari bahan plastik ringan atau polyethylene (PE) dari yang sangat ringan very low density polythylene (VLDPE) hingga bahan plastik sangat berat high density polythylene (HDPE), polymer dan polypropylen. Bahan geosintetik yang dianyam disebut woven, sedangkan yang tidak dianyam disebut non woven.

          Pabrik geosintetik kebanyakan menggunakan bahan dasar polypropylene yaitu suatu olefin dengan pH 2-13 yang merupakan salah satu dari rangkaian polimer, yang dinyatakan relatif lebih tahan terhadap kebanyakan bahan kimia daripada rangkaian polimer yang lainnya. Resin polypropylene dasar diramu sehingga menghasilkan filamen-filamen menerus untuk menghasilkan bahan geosintetik ini. Pada saat pembuatannya ditambah bahan kimia anti oksidan stabilisasi sinar (ultraviolet light stabilization antioxidant) guna mengurangi dampak oksidasi sinar ultra violet sehinnga oksidasi tidak terjadi dan pelapukan dapat dihindari.

          Bahan geosintetik dapat langsung digunakan segera secara cepat dengan biaya yang lebih murah, sehingga bahan ini sangat popular digunakan pada saat ini. Anon didalam sudibyo dan Hermawan 1998 menyebutkan rancangan aplikasi geosintetik yang efektif dapat menghemat 10% hingga 50% dari biaya konstruksi semula sebagai hasil dari peningkatan kecepatan pelaksanaan dan penghematan material. Penghematan masa konstruksi juga dilaporkan adanya pengurangan biaya pemeliharaan, serta penghematan biaya terbesar dicapai dengaan menigkatnya umur dan pemanfaatan maupun kemantapan konstruksinya.


          Ada empat jenis geosintetik yang umum digunakan dalam bidang teknik sipil, yaitu geotextile, geogrid, geomembran, dan geocomposite. Banyak jenis-jenis geosintetik yang juga digunakan dalam bidang Teknik Sipil selain keempat jenis geosintetik konvensional di atas. Hal ini tergantung dari keperluan pemakaian dari geosintetik itu sendiri sehingga memunculkan jenis geosintetik yang bervariasi, diantara jenis-jenis tersebut yaitu geoarmour, geobar, geoblanket, geocell, geofoam, geoform, geomat, geomattress, geonet, geospacer, geostrip.


PRINSIP DASAR GEOSINTETIK

Geosintetik untuk perkuatan timbunan dapat berupa geotekstil anyam dan nir-anyam, maupun geogrid. Fungsi geotekstil, dalam hal ini sebagai tulangan, pemisah atau drainase. Bila timbunan terletak pada tanah lunak, deformasi yang berlebihan menyebabkan timbunan menjadi melengkungke bawah. Melengkungnya tubuh timbunan ini merusakkan bangunan di atasnya.

Pada prinsipnya, timbunan berperilaku sama seperti balok yang dibebani, yaitu bila timbunan melengkung terlalu tajam, maka akan timbul retak-retak di bagian bawahnya. Analisis mekanika tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi tanah dan geometri timbunannya. Dari analisis ini akan dihasilkan kekuatan tulangan geotekstil yang dibutuhkan agar timbunan tidak berdeformasi secara berlebihan.


Geotekstil, bila diletakkan di bawah timbunan jalan atau tanggul juga dapat mengurangi tegangan-tegangan pada lapisan tanah di bagian bawah, yaitu ketika lapisan ini mengalami tarikan akibat beban yang bekerja. Dengan adanya geotekstil, integritas struktur timbunan lebih terjaga, sehingga beban timbunan disebarkan ke area yang lebih luas dan dengan demikian geotekstil dapat mengurangi intensitas tekanan ke tanah di bawahnya.

Jika tanah lunak yang berada di bawah timbunan terpenetrasi ke dalam bahan timbunan di atasnya, maka sifat-sifat mekanis tanah timbunan akan terpengaruh, yaitu kekuatan tanah di sekitar dasar timbunan akan berkurang. Kadar air dalam tanah lunak secara berangsur-angsur berkurang oleh adanya geotekstil yang berfungsi sebagai drainase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar